Kota Tangerang – Anggota MPR RI periode 2024–2029, Habib Idrus Salim Aljufri, Lc., M.B.A., menegaskan bahwa jatidiri bangsa, persatuan, dan kepemimpinan yang amanah merupakan kunci bagi keberlangsungan dan masa depan Indonesia. Pesan itu disampaikan dalam Sarasehan Kebangsaan yang digelar pada Ahad, 14 September 2025 di Grand El Hajj, Asrama Haji Banten, Cipondoh, Kota Tangerang, dengan dihadiri lebih dari 150 peserta dari berbagai kalangan masyarakat.
Dalam paparannya, Habib Idrus menekankan bahwa jatidiri bangsa harus dijaga agar generasi muda tidak tercerabut dari akar budaya dan nilai luhur Indonesia. Menurutnya, globalisasi memang membawa kemajuan, tetapi juga berpotensi mengikis karakter bangsa jika tidak dibentengi dengan nilai keindonesiaan.
“Bangsa yang kehilangan jatidiri akan mudah goyah, mudah diombang-ambingkan, dan akhirnya kehilangan arah pembangunan,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya persatuan, kesolidan, dan ukhuwah, baik ukhuwah Islamiyah maupun ukhuwah wathaniyah. Menurutnya, bangsa ini hanya akan kuat jika masyarakatnya bersatu, bukan terpecah oleh kepentingan politik yang sempit.
Habib Idrus kemudian mengingatkan kembali cita-cita luhur para pendiri bangsa, yaitu terwujudnya masyarakat adil dan makmur. Untuk mewujudkan cita-cita itu, ia menegaskan perlunya penguatan Empat Pilar Kebangsaan: Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Empat Pilar ini bukan sekadar teori. Ia harus hadir dalam kebijakan, dalam sikap pemimpin, dan dalam perilaku setiap warga negara,” tegasnya.
Selain itu, ia menyoroti kondisi politik dan ekonomi nasional saat ini. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara maju, baik melalui kekayaan sumber daya alam maupun jumlah penduduk produktif. Namun, potensi itu bisa terbuang percuma jika kepemimpinan nasional tidak dijalankan dengan amanah.
“Ekonomi Indonesia bisa kuat, tapi syaratnya para pemimpin harus benar-benar tahu bagaimana menjalankan negara, bukan hanya memikirkan kepentingan kelompoknya,” ungkap Habib Idrus.
Dalam konteks politik nasional, ia menyinggung pentingnya kebijakan yang berpihak pada rakyat, termasuk dalam hal pergantian menteri. Ia menegaskan bahwa reshuffle kabinet seharusnya dilakukan untuk memperbaiki tata kelola negara, bukan untuk membayar utang politik.
Menutup sambutannya, Habib Idrus mengapresiasi niat Presiden dalam melakukan perbaikan bangsa, sekaligus mendorong agar setiap langkah kepemimpinan di pusat maupun daerah senantiasa menempatkan kepentingan rakyat sebagai prioritas utama.
Rangkaian sarasehan berlangsung hingga pukul 12.00 WIB dengan antusiasme peserta yang tinggi. Acara kemudian ditutup dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang memberikan dimensi spiritual dan memperkuat kebersamaan dalam suasana penuh kekhidmatan. [red]










