Menu

Mode Gelap
Bupati Tangerang Terima Penghargaan Kabupaten Inspiratif Swasembada Pangan Mitra Adhyaksa 2025 Wabup Intan Nurul Hikmah Lepas Fun Walk San Mon 30 Hari Kebaya Nasional, Gubernur Banten Andra Soni: Simbol Identitas Perempuan Indonesia Bapenda Banten Gelar Penyuluhan dan Penyebarluasan Kebijakan Pajak Daerah Serta Opsen PKB dan BBNKB Dinkes Banten Diganjar Penghargaan Dirjen Pas atas Kontribusi Memberikan Pelayanan Kesehatan di UPT Lapas/Rutan

Banten · 28 Jul 2025 ·

Andra Soni: Mesin Cetak Uang “OERIDAB” Bakal Hiasi Lobby Kantor Pusat Bank Banten


 Mesin cetak uang Perbesar

Mesin cetak uang "OERIDAB" (Oeang Repoeblik Indonesia Daerah Banten). Foto: ist

Serang – Gubernur Banten Andra Soni mengatakan bahwa mesin cetak uang “OERIDAB” (Oeang Repoeblik Indonesia Daerah Banten) bakal menghiasi lobby Kantor Pusat Bank Banten di Jalan Veteran No.4 Cipare Kota Serang.

“InsaAllah mesin cetak uang bersejarah OERIDAB akan disimpan di lobby kantor pusat Bank Banten pada Peringatan HUT BPD Bank Banten sekaligus peresmian gedung Tanggal 29 Juli 2025 Besok,” Ungkap Andra kepada TangerangPos, Senin (28/07/2025).

Andra berharap mesin cetak uang OERIDAB yang selama ini  berada di Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama tersebut, nantinya bukan hanya sekedar dapat dilihat langsung oleh masyarakat namun juga bentuk edukasi masyarakat akan nilai historis sejarah mesin cetak uang tersebut.

“Jadi masyarakat bukan hanya bisa melihat mesin pencetak uang Oeridab, namun juga mengetahui nilai historis sejarah mesin cetak uang kebanggaan masyarakat Banten tersebut,” Tandasnya.

MENGENAL ‘OERIDAB’

Mesin cetak uang “OERIDAB” (Oeang Repoeblik Indonesia Daerah Banten) adalah mesin yang digunakan untuk mencetak uang khusus untuk wilayah Banten pada masa perjuangan kemerdekaan, tepatnya tahun 1946 – 1947.

Mesin ini didatangkan dari Belanda dan sempat difungsikan untuk mencetak uang OERIDAB di Banten. Pada masa Pemerintahan daerah tingkat provinsi, karesidenan dan bahkan kabupaten mengeluarkan ORIDA (Oeang Repoeblik Indonesia Daerah) atau mungkin lebih tepat disebut URIDA (Uang Republik Indonesia Daerah).

URIDA terbit atas izin pemerintah pusat RI sebagai solusi masalah kelangkaan uang, yakni kekurangan uang tunai di daerah-daerah akibat terputusnya jalur komunikasi normal dan persediaan uang antara pusat dan daerah, karena semakin meluasnya daerah pendudukan Belanda sebagai akibat agresi militer I Belanda pada tanggal 21 Juli 1947 dan agresi militer II Belanda pada 19 Desember 1948.

URIDA pertama di Pulau Jawa adalah “Uang kertas Darurat untuk daerah Banten” yang dicetak pada tanggal 15 Desember 1947, di Kota Serang, Banten.

Selain digunakan sebagai mesin pencetak uang, kemungkinan mesin ini dahulu juga dipakai untuk mencetak surat kabar harian setempat pada masa pascakemerdekaan.

Produksi uang OERIDAB dilakukan secara terbatas di bawah koordinasi beberapa tokoh, termasuk R. Abubakar Winangun, M. Sastra Atmadja, Abdurrodjak, dan M. Solihin.

BERAT dan DIMENSI OERIDAB 

Mesin cetak uang OERIDAB memiliki berat 1.5 ton dengan dimensi: PxLxt = 180cmx120cm x100 cm.

SEJARAH LAHIRNYA ‘OERIDAB’

Setelah resmi beredar pada 30 Oktober 1946, pemerintah Republik Indonesia berupaya mendistribusikan Oeang Republik Indonesia (ORI) secara hati-hati ke berbagai wilayah di Jawa dan Madura. Dari percetakan, petugas memasukkan uang itu ke dalam keranjang-keranjang bekas dan membawanya ke kereta api. Di dalam kereta, pemerintah menempatkan petugas bersenjata lengkap.

Pemerintah Indonesia menerapkan prosedur itu untuk memastikan uang itu bebas dari gangguan tentara NICA. Saat itu, Belanda sedang gigih menguasai kembali Indonesia. Mereka melakukan segala cara untuk memperlemah kedudukan Republik. Strategi mereka menyasar pula segi ekonomi moneter. Antara lain dengan memproduksi mata uang yang dikenal dengan “uang NICA” dan mencegah peredaran ORI

“Ada upaya pihak Belanda-NICA untuk mengacaukan perekonomian dengan cara memalsukan ORI dan memasukkan dan mengedarkan uang NICA (uang merah) ke wilayah RI,” ungkap Mohamad Iskandar dalam “Oeang Republik Dalam Kancah Revolusi” termuat di Jurnal MSI, Vol 6, Tahun 2004.

Masyarakat ikut mendukung peredaran ORI di daerah tentara NICA bercokol. Misalnya di wilayah Cibinong dan Bogor, Jawa Barat. Di sini mereka bertaruh nyawa demi mengedarkan ORI.

“Perjuangan rakyat terutama tentang memasukkan uang ORI ke daerah yang diduduki oleh Belanda masih juga dilakukan meskipun seribu satu macam gangguan, kadang-kadang dengan siksaan, pembunuhan, dan penghinaan, sebagai tanda kesetiaan kepada Pemerintah Republik,” catat arsip Markas Tentara Brigade Siliwangi, 9 Desember 1946.

Memasuki 1947, situasi di sejumlah perbatasan wilayah Republik dan Belanda memanas. Pertempuran antara pejuang pro-Republik dan tentara seringkali meletus. Distribusi ORI ikut tersendat.

Keadaan makin parah ketika Belanda menggelar Agresi Militer I yang menyebabkan kedudukan Republik di sejumlah wilayah goyah. Belanda berhasil merebut sejumlah wilayah Republik. Hal ini diperkuat oleh Perjanjian Renville pada Januari 1948.

Sjafruddin Prawiranegara, orang yang mengusulkan agar pemerintah RI mengeluarkan ORI, telah menduga bahwa peredaran ORI tak akan berjalan mudah. Dia bilang keluarnya ORI bukanlah akhir perjuangan.

“Keluarnya Uang Republik bukan berarti bahwa kita nanti boleh goyang kaki dan hidup senang-senang saja, bahkan sebaliknya sekaranglah baru tiba saatnya untuk bekerja segiat-giatnya membangun secara teratur dan sistematis,” kata Sjafruddin kepada Ajip Rosidi dalam Sjafruddin Prawiranegara Lebih Takut Kepada Allah Swt.

Ketika mengetahui ORI sulit beredar ke wilayah Jawa Barat dan Sumatra, tokoh-tokoh pro-Republik di daerah tersebut mengusulkan agar pemerintah pusat mengizinkan mereka mengeluarkan uang sendiri.

Menyikapi penerbitan uang atas inisiatif pemerintah setempat, pemerintah pusat secara resmi mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 19/1947 tanggal 26 Oktober 1947. Isinya membolehkan pemerintah daerah tingkat provinsi, karesidenan, dan kabupaten untuk menerbitkan Oeang Republik Indonesia Daerah (ORIDA).

“ORIDA adalah uang kertas atau tanda pembayaran yang sah yang berlaku secara terbatas di daerah tersebut,” tulis Darsono dkk.

Peraturan Pemerintah No. 19/1947 memperjelas kedudukan uang daerah buatan pemerintah setempat. Karena itu, setelah peraturan itu keluar, pemerintah daerah di Jawa dan Sumatra tanpa ragu menerbitkan alat-alat pembayaran sendiri. Bentuknya tak hanya uang. Ada juga bentuk bon, surat tanda penerimaan uang, kupon gerilya, kupon getah, surat mandat, dan tanda pembayaran.

Salahsatu mata uang lokal tersebut adalah Oeang Kertas Darurat untuk Daerah Banten (OERIDAB).

“ORIDAB merupakan ORIDA pertama yang diterbitkan di Pulau Jawa dengan emisi Serang yang terbit pada Desember 1947,” tulis Sri Margana dkk.

Penerbitan berbagai jenis mata uang dalam bentuk ORIDA telah membantu Republik tetap bertahan menghadapi serbuan uang NICA di daerah. Selain itu, penerimaan masyarakat terhadap ORIDA membuktikan posisi kuat Republik di berbagai daerah pendudukan Belanda.

Kesepakatan Indonesia dan Belanda melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) pada Desember 1949 mengakhiri ORI dan ORIDA. Uang-uang itu harus ditarik setelah Indonesia dan Belanda sepakat mengeluarkan uang baru melalui De Javasche Bank, bank sentral Hindia Belanda. [red]

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 135 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Sekda Deden Apresiasi Kinerja Pasukan Oranye yang Jaga Lingkungan Pusat Pemerintahan Banten

14 November 2025 - 17:29

Banten Perkuat Sinergi dengan Brimob, Gubernur Andra Soni: Keamanan Kunci Pertumbuhan Ekonomi

14 November 2025 - 13:47

Peringati HKN Ke-61, HAKLI Se-Banten Bakal Gelar Plogging dan Bebersih Sungai Cisadane

14 November 2025 - 11:43

Gubernur Andra Soni: Masyarakat Berpenghasilan Rendah Wajib Punya Kesempatan Miliki Rumah Layak Huni

13 November 2025 - 22:57

Gubernur Andra Soni Sambut Kolaborasi Industri dan Pariwisata dari Dubes Prancis

13 November 2025 - 08:47

Kepala Dindikbud Banten Dampingi Sekda Tinjau Rencana Pembangunan Kawasan Wisata Religi Syekh Asnawi Caringin

13 November 2025 - 08:27

Trending di Banten